Mahmoud Ahmadinejad dilahirkan di desa Aradan, dekat Garmsar, 100 km dari ibukota Iran. Sejak berusia satu tahun, ia dan keluarganya pindah ke Teheran. Ahmadinejad melanjutkan program studinya di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dan berhasil mendapat gelar doktor dalam bidang teknik, perencanaan lalu lintas dan transportasi. Mahmoud Ahmadinejad adalah Presiden Iran keenam yang memulai masa jabatannya pada 3 Agustus 2005.
Mahmoud Ahmadinejad dikenal sebagai sosok pemimpin moderat yang sangat membenci Israel. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah pertemuan dihadapan mahasiswa pada 26 Oktober 2005. Pada pertemuan itu ia mengutip pernyataan Ayatulloh Khumaini agar Israel dihapuskan dari peta dunia. Pernyataan yang cukup kontroversial ini menyulut kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Shimon Peres Deputi Perdana Menteri Israel yang membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari PBB. Langkah penting dalam memulihkan hubungan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat yang terputus sejak 9 April 1980 dimulai kembali dengan sebuah surat kepada Presiden Amerika Serikat George W. Bush pada 8 Mei 2006 perihal pengayaan uranium Iran.
Ahmadinejad menyerukan bahwa akan melaksanakan program pengayaan uranium. Pernyataan presiden Iran ini langsung mendapat reaksi keras dan kecaman dari berbagai pemimpin dunia. Pada 11 Januari 2006 Ahmadinejad menyampaikan pernyataannya tersebut dengan teknologi nuklir untuk kepentingan damai, misalnya pembangkit listrik.
Salah satu negara yang mengecam keras pelaksanaan program nuklir ini yakni Amerika Serikat, mulai menunjukkan sikap anti dukungannya dengan meminta Iran untuk segera menghentikan program tersebut. Ahmadinejad menilai Amerika Serikat sebagai negara yang sangat menentang keberadaan instalasi nuklir di Iran melakukan ketidakadilan kepada sejumlah negara mengenai penggunaan energi nuklir tersebut. Program nuklir Iran semata-mata hanya digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan bukan bertujuan untuk menciptakan senjata dari limbah nuklir. Ahmadinejad mengatakan kekecewaannya karena pemerintah AS tidak melarang satu negara di kawasan Timur Tengah yaitu Israel yang dengan jelas menggunakan senjata kimia maupun nuklir.
Sikap Amerika ini sangat jelas terlihat selain mengatasnamakan kepentingan dan keamanan dunia, pihak Amerika sendiri juga khawatir dan takut bahwa pada akhirnya Iran akan tampil sebagai negara penghasil bom nuklir yang cukup kuat. Apalagi jika ditinjau lebih jauh, negara di benua Asia lebih dulu membuat senjata pemusnah massal.
Jelas sudah terlihat Iran pada masa kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad sangat membenci adanya campur tangan Eropa dan Amerika ditambah lagi dengan diangkatnya permasalahan nuklir Iran ini ke meja Dewan Keamanan PBB pada akhir 2005. Sehingga untuk menunjukkan rasa ketidakpuasannya atas tindakan Eropa dan Amerika tersebut, Mahmoud Ahmadinejad dengan tegas menyatakan bahwa akan meneruskan program nuklirnya dan melakukan pengkayaan uranium secara mandiri. Maka langkah berikutnya ia bahkan melakukan sebuah aksi perusakan segel PBB pada instalasi nuklir Iran. Sekali lagi Mahmoud Ahmadinejad sangat berani menunjukkan sikap anti Barat.
Writer : David Nurmansyah
Daftar Pustaka :
Amir Hendarsah, 11 Macan Asia Musuh Amerika. Cetakan I, 2007. Yogyakarta: Galangpress.
Murdani Usman, Ahmadinejad Kecam Pelarangan Program Nuklir Iran, http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/11/09/md6yzb-ahmadinejad-kecam-pelarangan-program-nuklir-iran, terakhir diakses Jum’at, 09 Nov 2012.